lukisanmadona of the rock setelah menemukan sebuah kode yang disembunyikan oleh sauniere dibalik lukisan karya da vinci tersebut kunci itu membawa mereka ke batu kunci yaitu sebuah kotak kayu buatan tangan yang yang hanya bisa dibuka dengan memecahkan teka teki yang membingungkan, resensi novel the da vinci code unknown MeksikoBaru * Sel 8:11 malam. New York * Sel 10:11 malam. Karolina utara * Sel 10:11 malam. Dakota Utara * Sel 21:11. Waktu Lokal Saat Ini di Lokasi di India dengan Tautan untuk Informasi Lebih Lanjut (593 Lokasi) Tintorettos Christ washing the Feet of the Disciples originally hung on the right of the altar and his Last Supper (still in the chapel today) hung on the left. Tintoretto has set the washing of the feet in a large room with a fire beneath a massive hood and a long table at an angle on the left. There are 12 people present excluding the Vay Tiền Nhanh. Perjamuan Terakhir bahasa Italia. The Last Supper tentang perjamuan terakhir Kristus juga kerap jadi sasaran spekulasi. Yesus Kristus Dalam Da Vinci Code Perjamuan Terakhir Kompasiana Com Selamat sore pagi subuh tergantung waktu di mana agan-agan membaca tulisan ini saya hucapkan kepada agan-agan sekalian y ganteng-ganteng analisis lukisan the last supper. The identity of the individual apostles in The Last Supper is confirmed by The Notebooks of Leonardo Da Vinci. The Last Supper italian. Berikut 10 lukisan yang mengandung kode rahasia. Slavisa Pesci pakar IT menciptakan efek visual menarik dengan overlay semitransparan versi cerminan di atas lukisan aslinya. More Analysis of The Last Supper. Salah satunya seni lukis yang diusut pada analisis ini. Banyak lukisan yang paling terkenal misalnya The Last Supper oleh Leonardo Da Vinci disusun secara optis di sekitar bentuk geometris atau campurannya. Il Cenacolo il tenakolo atau LUltima Cena lultima tena bahasa Inggris. By Italian artist Leonardo da Vinci. Estetika sebuah karya apapun itu menjadi nilai lebih bagi para penikmatnya tersendiri. Bahkan sebelum lukisan ini selesai banyak masalah yang timbul seperti cat yang mengelupas dari dinding leonardo pun harus. The Last Supper is a painting produced in three years 1495-1498. From left to right in the painting they are depicted in four groups of three and react to the news as follows. The Last Supper ialah sebuah lukisan karya Leonardo da Vinci yg menggambarkan tentang supper terakhir Jesus bersama 12 orang apostlenya. GROUP 1 Bartholomew James the Less and Andrew are all surprised. Ruang negatif juga dapat digunakan untuk menekankan fitur-fitur tertentu dari komposisi. Paadhal arti dari The Last Supper itu sendiri adalah Perjamuan Terakhir. Ukurannya 450 x 870 cm atau sekitar 15 kaki 29 kakiLeonardo da Vinci melukis The Last Supper pada dinding kering dengan alas di plester basah sehingga tidak benar-benar lukisan dinding. Leonardo da Vinci memiliki dua karya agung yakni The Last Supper dan Mona lisa atau yang biasa disebut La Gioconda sebagai karya lukisan yang paling terkenal di dunia. Puzzle Astrologi dan Matematika. Karya ini diduga telah dimulai sekitar tahun. ANALISIS LUKISAN THE LAST SUPPER nya LEONARDO DA VINCI 1. Mencakup berbagai bidang warna nada dan tekstur yang berbeda bersama dengan gambar khusus di dalamnya. Its one of the most recognizable pieces of art in history. Dan salah seorang nya ialah Judas si pengkhianat yg dimaksudkan Jesus. Salvator Mundi terjual dengan harga US4503 juta dalam lelang yang diadakan Christies di New York pada tanggal 15 November 2017 membuat lukisan tersebut menjadi karya seni dengan harga. Last Supper c. Slavisa Pesci ahli teknologi informasi menciptakan efek visual yang menarik dengan menumpangkan versi cermin lukisan itu di atas yang asli. Kode Rahasia di Mata Monalisa. Baik itu karya sastra kaya seni rupa seni tari dan lain lain. The Last Supper adalah sebuah lukisan mural abad ke-15 akhir oleh Leonardo da Vinci yang disimpan di ruang makan Konven Santa Maria delle Grazie in MilanLukisan ini merupakan salah satu lukisan paling terkenal di dunia. One of the most representative and analyzed masterpieces of The Renaissance and has considered as one of the most controversial works of all time. Lukisan yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci ini dibuat pada tahun 1495 sampai 1498. Dalam supper tersebut jesus mengatakan apabila gelincir matahari salah seorang dari kamu 12 org apostle akan mengkhianati aku. 149598 Salah satu lukisan paling terkenal di dunia Perjamuan Terakhir ditugaskan oleh Ludovico Sforza adipati Milan dan pelindung Leonardo selama kunjungan pertamanya di kota itu untuk biara Dominika Santa Maria delle Grazie. Lukisan-lukisan Leonardo da Vinci dibuat berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang tubuh manusia serta bauran cahaya dan bayangan. Dan juga kepada aganwati-aganwati yg cakep-cakep malus dan juga aganwanto-aganwanto yg mungkin mampir di mari mahos Tidak lupa saya ucapkan juga salam kepada momod mimin para sesepuh mbah google dan antek-anteknya. The Last Supper adalah lukisan keagamaan yang paling sering dibuat ulang sepanjang masa sedangkan gambar Vitruvian Man sering dianggap sebagai ikon budaya. The Last Supper. Bahwa gambar orang yang duduk di sebelah kanan Yesus itu sebenarnya adalah Maria Magdalena bukan Yohanes sebagaimana diyakini selama ini. Lukisan The Last Supper jadi pusat perhatian karena pesan rahasianya. Il Cenacolo il tenakolo or LUltima Cena lultima tena is a late 15th-century mural painting by Italian artist Leonardo da Vinci housed by the refectory of the Convent of Santa Maria delle Grazie in Milan ItalyIt is one of the Western worlds most recognizable paintings. The Last Supper Lukisan ini dibuat oleh Dvinci secara langsung lain seperti hal nya lukisan-lukisan yang di lukis diatas kain atau kertas di mana pigmen yang dicampur dengan plester basah dan belum teruji dengan baik. Hasilnya terdapat dua tokoh yang terlihat seperti ksatria Templar muncul di kedua ujung. The work is assumed to have been started around 149596 and was commissioned. Pada novel dan film Da Vinci Code antara lain diceritakan melalui penuturan tokoh Sir Leigh Teabing bahwa terdapat kode maha rahasia pada lukisan The Last Supper itu. Lukisan Perjamuan Terakhir Abad 16 Diyakini Potret Keluarga Kok Bisa Halaman All Kompas Com 7 Fakta Unik Lukisan Perjamuan Terakhir Yesus Karya Da Vinci Rahasia Di Balik Lukisan Da Vinci Berabad Abad Sudah Terbongkar Kompasiana Com 7 Fakta Unik Lukisan Perjamuan Terakhir Yesus Karya Da Vinci Meja Makan Malam Terakhir Arti Ikon Perjamuan Terakhir Dan Apakah Itu Dibutuhkan Di Rumah Ketika Sembilan Lukisan Leonardo Da Vinci Kumpul Bareng Republika Online 10 Karya Seni Terkenal Leonardo Da Vinci Ideapers Paling Keren 30 Karya Lukisan Monalisa Dibuat Oleh Arti Gambar Pameran 17 Replika Maha Karya Leonardo Da Vinci Lifestyle Bisnis Com Misteri Di Balik Lukisan Perjamuan Terakhir Halaman 1 Kompasiana Com Ketika Sembilan Lukisan Leonardo Da Vinci Kumpul Bareng Republika Online Setelah 500 Tahun Leonardo Da Vinci Hidup Lagi Di Museum Louvre Tirto Id 7 Fakta Unik Lukisan Perjamuan Terakhir Yesus Karya Da Vinci Lukisan Perjamuan Terakhir Abad 16 Diyakini Potret Keluarga Kok Bisa Halaman All Kompas Com 5 Lukisan Terkenal Yang Ternyata Menyembunyikan Kode Rahasia Kaskus Monalisa Sejarah Lukisan Hasil Karya Seniman Leonardo Da Vinci Populer Sains Lukisan Perjamuan Terakhir Abad 16 Diyakini Potret Keluarga Apa Itu Gempa Megathrust Halaman All Kompas Com Leonardo Da Vinci Biografi Aliran Lukisan Analisisnya Serupa Id Mengenal Leonardo Da Vinci Sebagai Seorang Inventor As an early beneficiary of the Culture Division of the Rebel Army which later became the Cuban Institute of Cinematographic Art and Industry, TomĂĄs GutiĂ©rrez Alea helped to fulfill its vision of film as “an instrument of opinion and formation of individual and collective consciousness.” In the case of his film, The Last Supper La Ășltima cena, there is no surprise in post-revolutionary Cuban cinema exposing colonialism, the Catholic Church, and slavery to withering critique, but there are some surprises about the way in which GutiĂ©rrez Alea does so. Adapted from the historical record, his film moves beyond both costume drama and propaganda, and he himself has cited Bertolt Brecht and Sergei Eisenstein as influences. Although plainly didactic in intention and schematic in its composition, The Last Supper is far from simplistic or reductive. On the contrary, the film challenges even the most politically sympathetic viewers’ expectations, through its progression from stable to unstable ironies, and from literal contradictions between discourse and reality, to figurative contradictions. The opening scenes, which introduce us to the plantation and its characters, invite us to appreciate the coming slave rebellion as the result of impersonal historical forces. The early dialogues between the priest and Gaspar, about witchcraft and Purgatory, lead us to think that the contradictions between Catholicism and mechanization lead to the film’s crisis. The promise of a “triple-beamed horizontal press” to speed up sugarcane processing seems like a coy secularization of the Trinity the replacement of the slow, “vertical” hierarchy of the Church and its Holy Days with the swift horizontal efficiency of the mill itself. Likewise, we hear comments about the racial makeup of the colony, suggesting that rebellion, if and when it comes, will be the result of aggregate group conflicts, rather than individual ideas or intentions. Similarly, Catholicism itself is ironized, with the priest’s sermon on Heaven failing to command much attention in the hellish conditions of the plantation. There are his inept commands that the men slaves wash and that the women slaves cover themselves while washing laundry, before he himself topples over in the stream in his cassock, like a slapstick botched baptism. If the overseer Don Manuel, the manager Gaspar, and the nameless priest were the only enslaving characters, Holy Week would be uneventful. Before getting to the titular supper, we might note some stable ironies in the film’s narrative arc, for they are richly layered. The Count’s homily on the religious value of suffering is a form of sensual, doctrinal, and psychological self-indulgence; his gestures of humility turn into demonstrations of pride; his reposeful magnanimity as a “master” leads to his near loss of control; his promise of rest turns into unrest. At the end of the film, we have the slave Sebastian, named after a martyr, living rather than dying as a sign of his election by the chances of history, rather than by God. So how does GutiĂ©rrez Alea move beyond broad satire? The main disruptive force of the colony, and of the narrative, is not a slave, but the Count himself. His vomiting in disgust at the overseer cutting off Sebastian’s ear signals the disorder to come. Having already arranged for his Last Supper re-enactment, the Count realizes that the reality of slavery may be literally more than one can stomach, and ruin one’s appetite for Christ. But he perseveres. Crucially, the Count’s affect then becomes the film’s preoccupation his feelings of disgust, shame, pride, sympathy, and anger. Both Don Manuel and the priest try to argue with him, to no success; his sympathies and antipathies have more authority, leading to a rebellion, which will challenge his authority. When he suppresses the rebellion, one might see it as a betrayal of his earlier sympathetic performances. But there is no contradiction, as his sympathy was always in the service of his domination, not a check against it; both his Last Supper re-enactment and his execution of the rebel slaves are true revelations of his character. As Vincent Canby suggested in his review of The Last Supper in the New York Times, “the truth of human behavior can never be more than action observed.” The climax of the film is the literal staging of the supper, in which the film’s diegetic form—telling a story, rather than just showing it—is compounded on itself. The original supper of Christ and the disciples would have been eaten while reclining. By setting a table, the Count is reenacting European artistic interpretations of the supper, not the event itself, and The Last Supper artfully re-enacts the re-enactment. The Count’s supper features three parables First, by the count, on the suffering of Saint Francis. The audience, like the slaves, is to take ironic distance from it, precisely because the Count’s sympathy with suffering is misplaced, to say the least. We are to share the slaves’ cynicism and boredom. Then there is Briyimba’s parable of the father, son, and family selling each other out. Strikingly, he addresses the camera directly, creating another theatrical alignment between the audience and the slaves. It is a virtuosic, satirical riff on the Last Supper, scrambling its narrative of betrayal, bribery, hopelessness, and redemption, while also figuring food as the body of a forsaken, sacrificed man. As a retort to the idealistic story of St Francis, Briyimba’s parable is decidedly materialist. Finally, there is Sebastian’s parable about the Truth wearing the head of the Lie. With the Count now unconscious, the audience is in a closer relation to the slaves, but distant from Sebastian himself, who holds a pig’s head up to his face as an illustration of the Truth–Lie hybrid. The camera looks at Sebastian obliquely, in contrast to the direct stare of Briyimba. The hybrid creature is an allegorical figure, in contrast to the quasi-human realities of the first two parables. The three parables present different didactic uses of irony. The first parable, by the Count, is ironized by the material reality in which it is told. The second is a deployment of irony as a kind of riposte to the first. The third is a story about irony itself as a fact in the world. Whereas the first two parables seem to compete with each other directly, Sebastian’s floats above them in myth. The fusion of truth and lies fuels the subsequent action Did the Count promise freedom and rest, or didn’t he? Who has the machete? Who will keep their head? Sebastian escapes, but by his own telling, he will only survive through mythic transformation into something else, like a tree. In the end, the Count’s domination only grows more cruel. At the end of that Holy Week’s scriptural shuffles, inversions, and displacements, the irreligious overseer Don Manuel is a martyr for the enslavers’ faith, in an overt analogy to Christ. The Count’s real conflict was with him all along, not with the slaves. His inefficient, naive aristocratic sentimentality was washed away by Don Manuel’s death, so that the Count himself might live anew—for another narrative of aristocratic sentimentality succumbing to the material demands of colonialism, see W. Somerset Maugham’s 1926 short story, “The Outstation.” GutiĂ©rrez Alea leaves us with two unexpectedly transformed survivors of the rebellion and its suppression the Count who has given up his powdered wig and ruffles and now delivers sterner homilies, and the wounded fugitive Sebastian, the only surviving disciple from the Last Supper. The cause of emancipation has more in store for both of them. Article by Robert Carson, Assistant Professor of English, Liberal Arts Program, Texas A&M University at Qatar ANALISIS LUKISAN THE LAST SUPPER LEONARDO DA VINCI1. PendahuluanEstetika sebuah karya apapun itu menjadi nilai lebih bagi para penikmatnya tersendiri. Baik itu karya sastra, kaya seni rupa, seni tari, dan lain – lain. Salah satunya seni lukis yang diusut pada analisis lukis mempunyai hal yang berbeda dengan seni yang lainnya. Seni Lukis mempunya nilai estetik yang terselubung dibalik campuran warna, gradasi, tema, serta posisi gambar yang diciptakan oleh sipembuaynya. Sebut saja juga mempunyai cara yang unik untuk menuangkan ekspresi yang menjadi sebuah karya. Bahkan menjadi Maha Karya. Dengan mencampurkan cat minyak diatas kanvas. Ataupun dengan media yang berbeda seperti dinding, tubuh, atau apapun itu. Maka dari pada itu, Menganalisis sebuah karya Lukisan adalah sebuah pekerjaan yang harus teliti dan mempunyai makna yang sama dengan sipencipta tersebut. Karna terkadang penciptanya menyisikan makna yang benar-benar tersembunyi disetiap kaya Latar BelakangSejarah LukisanLukisan ini di beri nama The Last Supper. Namun orang Indonesia menyabutnya sebegai lukisan Perjamuan Kudus. Paadhal arti dari The Last Supper itu sendiri adalah Perjamuan yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci ini dibuat pada tahun 1495 sampai 1498. Ukurannya 450 x 870 cm atau sekitar 15 kaki – 29 da Vinci melukis The Last Supper pada dinding kering dengan alas di plester basah, sehingga tidak benar-benar lukisan dinding. Karena fresko tidak dapat dimodifikasi sebagai karya seniman, Leonardo malah memilih untuk menutup dinding batu dengan lapisan pitch, Gesso dan damar wangi, kemudian cat ke lapisan pemeteraian dengan tempera. Karena metode yang digunakan, potongan waktu tidak bertahan lama. Dan dalam beberapa tahun penyelesaian itu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda salinan awal lukisan The Last Power ini diketahui ada, mungkin karya asisten Leonardo. Salinan hampir ukuran asli, dan telah bertahan dengan kekayaan detail keaslian yang masih awal 1517 lukisan mulai rusak terkelupas. Oleh Giorgio Vasari pada tahun 1556 kurang dari enam puluh tahun setelah lukisan itu selesai pada biografi Leonardo Da Vinci menggambarkan lukisan sebagaimana telah hancur dan sangat rusak sehingga angka-angka yang ada pada lukisan itu tak bisa dikenali. Pada tahun 1652 gambar pintu dipotong melalui lukisan, ini masih dapat dilihat sebagai struktur berbentuk lengkung tak beraturan didekat pusat lukisan. Diyakini, melalui salinan awal, bahwa kaki Yesus berada dalam posisi yang melambangkan penyaliban yang akan datang. Lukisan yang berada dibalik tirai pada tahun 1768 tergantung di atas lukisan untuk tujuan perlindungan, agar uap air yang terkandung dalam tembok tidak merusak lukisan, dan setiap kali tirai ditarik, maka cat yang ada pada lukisan ikut menempel pada pertama dicoba pada tahun 1726 oleh Michelangelo Bellotti, yang mengisi bagian yang hilang dengan cat minyak kemudian dipernis. Perbaikan ini tidak berlangsung dengan baik dan renovasi lain dicoba pada tahun 1770 oleh Giuseppe Mazza. Mazza melepas pekerjaan Bellotti kemudian dicat ulang sebagian besar lukisan itu, kecuali tiga wajah ketika dia terhenti karena kemarahan publik. Pada tahun 1796 tentara Perancis Refectory digunakan sebagai gudang senjata mereka melemparkan batu ke arah lukisan dan naik tangga untuk menggaruk keluar Rasul. Ruang makan kemudian kemudian digunakan sebagai penjara tersembunyi. Barezzi Stefano pada tahun 1821, seorang ahli dalam menghilangkan seluruh lukisan dinding dari dinding-dinding mereka utuh, dipanggil untuk menghapus lukisan ke lokasi yang lebih aman, Lukisan ini rusak parah sebelum menyadari bagian tengah karya Leonardo bukanlah lukisan. Barezzi kemudian mencoba untuk menempelkan kembali bagian-bagian yang rusak dengan lem. Dari 1901-1908, Luigi pertama Cavenaghi menyelesaikan studi hati-hati dari struktur lukisan, kemudian mulai membersihkannya. Pada tahun 1924 Oreste Silvestri melakukan pembersihan lebih lanjut, dan stabil beberapa bagian dengan semacam yang mempunya banyak misteri ini telah menjadi salah satu pokok pikiran dalam mebuat buku – buku yang telah ternama. Seperti buku karangan Dan Brown seorang penulis Amerika yang menulis buku Da Vinci Code. Yaitu salah satu buku terlaris di akhir tahun 1970-an Lukisan ini semakin memburuk dan tak bisa dikenali. Dari 1978-1999 Pinin Brambilla Barcilon dipandu proyek pemulihan besar yang berusaha untuk menstabilkan lukisan ini secara permanen, serta mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh kotoran, polusi, dan yang sesat 18 dan abad ke-19 upaya pemulihan. Sejak itu telah terbukti tidak praktis untuk memindahkan lukisan ke lingkungan yang lebih terkontrol, ruang makan itu bukannya dikonversi menjadi tertutup, iklim lingkungan yang terkendali, yang berarti bricking atas jendela. Kemudian, dilakukan studi yang rinci untuk menentukan bentuk asli lukisan itu, dengan menggunakan tes ilmiah terutama inframerah reflectoscopy dan mikroskopis inti-sampel, dan gambar asli dipertahankan di Royal Library di Windsor Castle. Karna beberapa daerah dianggap tidak memungkinkan. Lukisan ini kembali dicat dengan warna-warna cat air di ditundukkan dimaksudkan untuk menunjukkan mereka tidak asli bekerja, sementara tidak terlalu ini mengambil 21 tahun dan pada 28 Mei 1999, lukisan itu dimasukkan kembali pada tirai, meskipun berniat pengunjung diharuskan untuk melihat lukisan selama 15 menit. Ketika sudah dibuka, cukup kontroversi itu terangsang oleh perubahan dramatis dalam warna, nada, dan bahkan beberapa bentuk wajah. James Beck, profesor sejarah seni di Columbia University dan pendiri ArtWatch Internasional, telah kritikus yang sangat ini mempunya nilai lebih disamping nilai estetik nya yang begitu kaya akan keindahan. Namun juga menyimpan sejarah yang sangat berharga bagi umat Kristiani seluruh saya pada lukisan ini adalah sejarah cerita yang ada didalamnya yang digambarkan oleh Pelukis di dalam lukisan Da Vinci yang juga melukis Lukisan Monalisa mempunyai peran sangat penting dizamannya. Ini adalah kutipan biografinya yang ditulis oleh Spyro Slack pada tahun Sipencipta KaryaLeonardo da Vinci 15 April 1452 – 2 Mei 1519 adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai jenius universal. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga lahir pada tahun 1452 di kota Vinci, propinsi Firenze, Italia anak dari Ser Piero Da Vinci dan Caterina, jadi nama lengkapnya yaitu Leonardo di Ser Piero da Vinci yang berarti Leonardo putra Ser Piero asal kota tahun 1476 tertuduh dengan kasus homoseksual dengan seorang model laki-laki berusia belasan tahun yang bernama Jacopo Saltarelli. Sehingga beberapa tahun itu Leonardo selalu berada di bawah pengawasan yang usia belia, beliau sudah belajar melukis dengan Andrea del Verrocchio dan mulai melukis di kabar mengisahkan Verrochio menyatakan pensiun melukis setelah menyaksikan bahwa lukisan muridnya yang satu ini lebih bagus dari lukisannya sendiri. Selain menjadi pelukis Leonardo juga sanggup menunjukkan kemampuannya di bidang yang lain. Pada tahun 1481 Leonardo pindah ke Milan untuk bekerja dengan AdipatiDuke di karyanya selama di Milan yang paling termashur adalah Kuda Sforza yang dikerjakannya selama kurang lebih 11 tahun. Namun di situ ia tidak hanya melukis dan membuat patung saja, melainkan juga mengubah jalan-jalan sungai dan membangun kanal-kanal, serta menghibur Duke dengan memainkan lut dan bernyanyi. Lalu ia bekerja untuk Raja Louis XII dari Perancis di Milan dan untuk Paus Leo X di RomaSementara itu ia membantu Raphael dan Michaelangeo dalam merancang katedral Santo hidupnya Leonardo sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Ia mulai mempelajari burung terbang dan mulai merancang mesin terbang. Pemikirannya itu terdapat dalam buku catatanya sebanyak halaman. Didalam buku itu juga terdapat sketsa tentang studi tubuh manusia. Pada zaman itu, anatomi tubuh manusia tak lebih dari sekadar kira-kira karena siapapun dilarang keras membedah jenazah. Dengan kenekatannya mencuri-curi kesempatan membedah-bedah tubuh orang mati, di kemudian hari tindakan yang tak lazim di zamannya ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia Jamuan TerakhirThe Last Supper pada tahun 1495 sampai tahun 1497 yang dilukis pada dinding biara Santa Maria di Milan, kini telah rusak akibat dimakan waktu. Lukisan terkenal lainnya adalah Mona Lisa yang kini terdapat di musium Louvre Paris. Sebuah spekulasi yang beredar tentang siapa sesungguhnya Mona Lisa antara lain menyatakan bahwa citra perempuan tersebut merupakan hasil rekaan wajah Da Vinci sendiri. Spekulasi yang lain menyatakan bahwa perempuan tersebut memang pernah ada, seorang istri da Vinci wafat di Clos Lucé, Perancis pada tanggal 2 Mei 1519, dan dimakamkan di Kapel St. Hubert di kastel Amboise, wafatnya, sangat kuat ditengarai bahwa beliau pernah memegang peranan sebagai orang terkuat di sebuah organisasi rahasia bernama Priory of Sion yang berlaskarkan Knights Templar. Apakah organisasi rahasia ini? Banyak fakta mengarahkan pada suatu dugaan bahwa Priory of Sion merupakan sebuah organisasi yang menjaga ketat-ketat rahasia sejarah kristiani menurut versi yang berbeda dari kitab Injil yang beredar di masyarakat. Yang dirahasiakan adalah mengenai siapa mesias yang sesungguhnya dan kemungkinan Yesus tidak menjalankan hukum selibat. Dalam versi yang sempat menimbulkan kontroversi ini diyakini bahwa Mesias yang sesungguhnya adalah Santo Yohanes Pembaptis, hal tersebut tersirat dari kekerapan Da Vinci melukis Sang Santo dalam posisi telunjuk menuding ke atas sebagai simbolisasi 'Putra Allah'. Versi yang tak kalah mengagetkannya adalah kemungkinan Maria Magdalena si bekas perempuan sundal diperistri oleh Leonardo terlihat dari banyaknya bidang yang ia kuasai. Ia adalah pelukis, pematung, penemu, peneliti, ahli permesinan, ahli anatomi, matematika, ahli tumbuh-tumbuhan dan binatang, optik, aerodinamik, bahkan pemusik handal. Ia belajar tanpa ada batasnya. Tentu saja ini tidak berat karena ia tidak bekerja keras, ia hanya “bersenang-senang”. Untuk melukis manusia, ia secara khusus mempelajari anatomi tubuh mungkin adalah pembelajar paling gila. Saat mempelajari anatomi, ia suka pergi malam-malam, membongkar kuburan, dan mengambil mayat orang tidak dikenal yang sudah hampir busuk dan membedahnya. Kadang ia melakukannya di rumah sakit yang memberinya izin. Ia benar-benar ingin tahu mengapa tubuh manusia berbentuk seperti itu. Dengan begitu, ia bisa makin detail dalam membuat lukisannya."I have offended God and mankindbecause my work didn't reach the quality it should have."Leonardo da VinciBAGAIMANA CARA MENCIPTAKAN SEBUAH MASTERPIECE ?Leonardo tidak ingin membuat sebuah karya, tetapi ia ingin menciptakan sebuah Mahakarya, A Masterpiece. Sebuah karya seni dengan komposisi warna-warni yang begitu indah dengan detail yang nyaris sempurna seperti aslinya, sehingga semua yang melihatnya akan terpesona dan tersentuh hatinya. Tapi itu bukan yang utama..Karyanya adalah persembahannya yang setinggi-tingginya kepada Tuhan. Leonardo ingin membuat karya yang begitu indahnya, sehingga bahkan Tuhanpun akan senang hati melihatnya. Sepanjang hidupnya tidak kurang 30 mayat yang ia bedah dan pelajari. Memang menjijikkan, tetapi jijik pun sebenarnya bukan masalah yang besar dan penting dibandingkan keagungan karyanya dan juga kemajuan ilmu anatomi kecil, ia suka membaca di perpustakaan milik ayahnya di Florence. Saat dewasa, Leonardo mampu memiliki perpustakaan sendiri dengan banyak koleksi buku termasuk dari Dante dan Petrarch. Subjeknya juga beragam mulai dari matematika, anatomi, pengobatan, hingga buku-buku tentang peperangan. Dari sana pengetahuannya jadi makin luas dan tajam. Leonardo juga seorang visioner. Ia misalnya telah membayangkan mesin terbang seperti helikopter, kendaraan dengan pelindung besi seperti tank, atau kapal yang bisa bergerak di bawah laut. Ia bahkan mendesain manusia mekanik yang dikenal sebagai Robot Leonardo, rancangan “robot” yang sering dianggap robot pertama dalam tetapi, karya terbesarnya tentu saja adalah Monalisa. Lukisan wanita cantik ini merupakan puncak dari segala ilmunya tentang pewarnaan, cahaya, perspektif, dan—tidak lupa—anatomi tubuh lukisan itu, ia menggunakan teknik melukis yang sangat tinggi dan sulit ditiru, sfumato, sebuah teknik yang membuat lukisan terlihat seperti berkabut, tidak fokus, dengan transisi antar-warna yang luar biasa lembut dan halus. Monalisa terlihat begitu hidup, bahkan senyumannya pun mengundang penasaran dari semua orang yang melihatnya hingga Monalisa tersenyum? Mengapa ia terlihat begitu bahagia? Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan pasti. Lukisan lainnya yang sangat berharga adalah "Perjamuan Terakhir", The Last Supper, yang secara dramatis melukiskan makan malam terakhir Yesus dengan 13 murid-muridnya sebelum ia dikhianati dan disalib. Dalam buku fiksi Dan Brown yang sangat terkenal, "The Da Vinci Code" 2003, lukisan The Last Supper, dikatakan mengandung misteri terbesar dalam sejarah umat Kristen yang dijaga ketat, bahkan dengan nyawa para pelindungnya selama beribu-ribu tahun .Leonardo banyak menghasilkan karya seni dan berbagai desain yang menakjubkan lainnya sebelum meninggal pada 2 Mei 1519. Hingga sekarang, bahkan Einstein dan Isaac Newton pun dianggap tidak sanggup menyamai kegeniusan Leonardo da PembahasanLukisan yang berjudul The Last Supper ini akan dianalisis menggunakan Pendekatan Semiotik. Pendekatan Semiotik. Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani semion yang berarti juga dibedakan menjadi tiga macam yang antara lain;*Tanda ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya, foto dan lain-lain. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya, maka ikon seperti qualisign merupakan suatu firstness.*Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Pierce merupakan suatu Secondness. Indeks dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya. Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda penunjuk angin dan sebagainya.*Simbol adalah suatu tanda, di mana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama konvensi. Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah Analisis Pendekatan Semiotik pada Lukisan The Last SupperBanyak hal yang dapat kita analisis dari lukisan ini. Jika kita melihat dari lukisan yang sesungguhnya. Ada beberapa hal yang mempunyai makna. Jika dari sejarah dan cerita yang terjadi saat itu adalah. Pengkhianatan salah satu murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot. Kita liat susunan nama dari lukisn sebelah kiri. Bartolomeus, Yakobus, Andreas, Simon Petrus Hutasoit, Petrus, Judas Iskariot, Yohanes, Jesus, Thomas, Yakobus Greater, Philipus, Matius, Yudas Tadeus, Simon Orang ZelotPada kelompok 3 murid di sebelah kiri dekat Yesus berdiri Thomas yang mengacungkan tangannya dan meragukan ucapan Yesus, kedua disamping Thomas adalah Yakobus yang merentangkan tangannya seakan-akan menolak nubuatan itu. Dibelakang Yakobus berdiri Filipus yang meletakkan kedua tangannya di dadanya menunjukkan devosinya pada kelompok 3 murid yang dekat di sebelah kanan Yesus ada Yohanes yang digambarkan sebagai pribadi yang halus karena ia terkenal sebagai rasul kasih. Yohanes agak tersentak ketika mendengar kabar ada yang mau menyerahkan Yesus, dibelakangnya yang dekat dengannya, ada Petrus yang menunjukkan muka marah dan ingin melawan mereka yang berani menyerahkan Yesus. Petrus bahkan memegang pisau yang siap digunakan melawan sipenghianat. Murid ketiga di sebelah kanan Yesus adalah Yudas yang mukanya berada dalam kegelapan setelah mendengar ucapan Yesus kemudian duduk tersentak ke belakang sambil mendekap pundi-pundi berisi uang suap yang telah diterimanya karena ia berjanji kepada pemuka agama Yahudi akan menyerahkan Yesus. Enam murid lainnya tiga disebelah kanan jauh dan tiga disebelah kiri jauh dari tempat Yesus semua teragitas dan duduk mempertanyakan ucapan yang pertama jika pada lukisan yang aslli. Leonardo Da Vinci membuat bayanggan cahaya pada semua murid-murid Yesus. Kecuali Judas Iskariot. Itu menandakan bahwa sebagai penanda bahwa Judas Iskariot adalah satu-satunya yang mempunya otak kotor untuk menjual gurunya sendiri, semua tanda dan simbol yang diciptakan oleh Leonardo Da Vinci mempunyai makna. Meskipun setiap orang mempunyai makna yang berbeda dari penafsiran lukisan ini. Seperi Dan Brown pada bukunya The Da Vinci KesimpulanLukisan Master Piece ini mempunyai makna yang berragam saat setiap orang melihat dan menganalisisnya. Tanda-tanda yang ada dalam lukisan ini membuat banyak orang menafsirkan secara asal dan gamblang terhadap apa yang ada tanpa melihat apa sejarah yang ada di balik lukisan lukisan ini mempunyai makna sebagai tanda pengkhianatan dari salah satu murid Yesus yang ingin menyerahkann-Nya. Dan juga reaksi serta tindakan yang dilakukan oleh semua murid-muridnya. Keindahan yang dimuliki lukisan ini juga terlihat dari kebersamaan mreka meskipun mempunyai latar belakang yang berbeda. Dan Yesus sebagai guru dan panutan mereka. Dan diatas meja yang tersedia Roti dan Anggur yang menjadi simbol daging dan darah Yesus untuk murid-murudnya nikmati sebelum Dia mati dikayu

analisis lukisan the last supper